Perangi DBD di Musim Hujan, Mahasiswa KKN 47 UNS Gelar Rangkaian Acara Sosialisasi Demam Berdarah Dengue

Cucukan – Desa Cucukan baru-baru ini menghadapi masalah terkait kesehatan. Pasalnya, menurut Tenaga Kesehatan Kecamatan Prambanan, Sri Rahayu Setiowati, terdapat dua warga desa yang terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Dua warga yang terindikasi DBD telah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit.

Sebagai bentuk penanganan dan pencegahan dari bertambahnya jumlah warga yang terjangkit, Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 47 dari Universitas Sebelas Maret (UNS) berinisiatif untuk mengadakan rangkaian program kerja Sosialisasi DBD. Rangkaian acara tersebut merupakan salah satu dari program kerja mereka dalam upaya pencegahan DBD.

Kegiatan ini berlangsung pada Kamis (23/1/25) di Ruang Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Balai Desa Cucukan. Kegiatan ini mendapatkan sambutan positif dari warga dan diharapkan dapat terus dikembangkan di masa mendatang untuk memberikan manfaat yang lebih luas. Acara tersebut dihadiri warga setempat yang antusias untuk belajar membuat produk ramah lingkungan.

Rangkaian kegiatan Sosialisasi DBD diawali dengan pemaparan materi oleh Tenaga Kesehatan Lingkungan, Sri Rahayu Setiowati. Materi sosialisasi tersebut diawali dengan pemaparan virus dari nyamuk dan penyakit DBD. Selanjutnya, wanita yang akrab disapa Hayu itu memaparkan materi tanda dan gejala penyakit DBD.

“Ketika terjadi demam, lab baru bisa menentukan si pasien terkena DB atau tidak setelah 3 hari setelah demam,” ucap Hayu.

“Apabila terjadi mimisan, langsung saja dibawa ke Rumah Sakit (RS) tanpa menunggu 3 hari,” sambungnya.

Tak hanya itu, Hayu juga memberi tahu perbedaan antara nyamuk DBD dengan Chikungunya. Sosialisasi dilanjutkan dengan pemberian informasi mengenai penyakit Chikungunya.

“Penderita Chikungunya bisa sembuh sendiri, asal si penderita ada kemauan untuk sehat,” kata Hayu.

“Caranya dengan mengonsumsi makanan dan minuman secara teratur, ditambah dengan minum vitamin dan obat.” lanjutnya.

Rangkaian acara dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan spray anti-nyamuk berbahan alami ini dilakukan oleh Penanggung Jawab Program Kerja KKN UNS. Serai merupakan bahan alami dalam mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yang juga banyak ditanami di Desa Cucukan.

Proses Pembuatan Spray Anti-Nyamuk, Kamis (23/1/25)

“Kami ingin memberikan solusi yang mudah dan terjangkau bagi masyarakat dalam mengurangi risiko DBD,” Ujar Nirmala Aida Syaviola, Penanggung Jawab Program Kerja ini.

Spray anti nyamuk berbahan dasar serai ini tidak hanya aman bagi kesehatan, tetapi juga mudah dibuat dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita,” pungkasnya.

Dalam sesi praktik, peserta diberikan brosur berisi panduan langkah-langkah dalam membuat spray anti-nyamuk. Bahan utama yang digunakan meliputi serai, air, dan alkohol. Peserta juga diberikan informasi tentang manfaat serai yang memiliki kandungan sitronelal dan geraniol yang terbukti efektif sebagai pengusir nyamuk.

Pelatihan ini merupakan rangkaian dari program sosialisasi DBD yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, pelaksanaan rangkaian kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari adanya warga di Desa Cucukan yang terjangkit penyakit DBD.

Dengan adanya rangkaian acara ini, kelompok KKN berharap masyarakat dapat menerapkan pengetahuan yang didapat untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bebas dari ancaman DBD. Selain itu, kesadaran masyarakat akan penggunaan bahan alami dapat meningkat sehingga mengurangi ketergantungan pada produk berbahan kimia yang mungkin berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *